Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Obat Tetes Mata Yang Kerap Diresepkan Untuk Penyakit Mata Glaukoma

Obat Tetes Mata Yang Kerap Diresepkan Untuk Penyakit Mata Glaukoma


Glaukoma ialah penyakit yang terjadi saat penekanan bola mata bertambah dan menghancurkan saraf-saraf optik. Mengakibatkan, keadaan pandangan juga bisa terancam jika glaukoma tidak selekasnya ditangani secara baik. Apa obat, baik tetes mata atau oral, yang umum diresepkan dokter untuk menolong menangani beberapa gejala glaukoma?


Beberapa obat apa yang dipakai untuk penyakit glaukoma?

Jika seorang sudah terdeteksi menderita glaukoma, dokter akan tentukan gagasan penyembuhan yang sesuai keadaan kesehatan dan tipe glaukoma yang dialaminya. Sisi khusus dari penyembuhan glaukoma ialah obat tetes mata resep dokter.


Obat tetes mata akan menolong turunkan penekanan pada bola mata pasien glaukoma, hingga menahan kerusakan pada saraf optik.


Tetapi, harus dipahami jika obat tetes itu tidak dapat mengobati glaukoma seutuhnya, atau kembalikan pandangan yang telah hancur karena glaukoma. Pemberian obat tetes cuman akan menahan penyakit berkembang jadi makin kronis.


Menurut Mayo Clinic, berikut tipe beberapa obat yang tersering diresepkan dokter untuk penderita glaukoma:


1. Obat analog prostaglandin

Glaukoma disebabkan karena bertambahnya penekanan bola mata karena penimbunan cairan. Penimbunan ini bisa jadi muncul karena Judi Slot aliran drainase yang semestinya keluarkan cairan mata mampet.


Obat analog prostaglandin ini bekerja dengan tingkatkan pembuangan cairan dari dalam bola mata. Dengan begitu, penekanan pada bola mata juga bisa menyusut. Anda umumnya akan dikasih jumlah penggunaan obat sekitar 1 kali satu hari.


Obat tetes tipe ini umumnya lebih efisien kurangi penekanan bola mata pada pasien glaukoma pojok terbuka. Berikut sebagai beberapa obat yang termasuk dalam tipe analog prostaglandin:


tafluprost

bimatoprost

latanoprostene

travaprost

latanoprost

Biasanya, analog prostaglandin jarang-jarang memunculkan efek. Tetapi, dalam beberapa kasus, pasien kemungkinan alami peralihan pada warna irislah mata sesudah menggunakan obat tetes ini. Beberapa efek samping yang lain yang disampaikan mencakup peralihan warna kelopak mata, perkembangan bulu-bulu mata, mata merah, dan berasa gatal.


2. Obat beta blocker

Selainnya dipakai untuk hipertensi, beta blocker kerap diresepkan oleh dokter sebagai obat tetes mata untuk penyakit glaukoma. Obat ini bekerja dengan kurangi produksi cairan dalam bola mata. Dokter umumnya akan memberi resep obat ini untuk dipakai 1-2 kali satu hari, bergantung pada keadaan Anda.


Beberapa obat yang terhitung dalam kelompok beta blocker ialah:


timolol

levobunolol

metipranolol

betaxolol

Efek yang peluang bisa terjadi karena obat beta blocker ialah tekanan darah rendah, renyut nadi bertambah, dan kecapekan. Ke orang yang menanggung derita asma atau masalah pernafasan yang lain, obat ini mempunyai potensi mengakibatkan napas sesak.


3. Obat penghalang alfa adrenergik

Obat ini bekerja dengan kurangi produksi cairan mata, dan percepat proses pembuangannya. Contoh-contoh obat alfa adrenergik yang dipakai untuk penyakit mata glaukoma ialah apraclonidine dan bimonidine.


Sama dengan beberapa obat awalnya, penghalang alfa adrenergik beresiko memunculkan efek. Beberapa efek yang kemungkinan bisa terjadi ialah detak jantung tidak teratur, mata bengap dan gatal, tekanan darah tinggi, kecapekan, dan mulut berasa kering.


Tipe obat penghalang alfa adrenergik umumnya akan diberi dengan jumlah 2-3 kali satu hari. Tentu saja, pemberian jumlah akan tergantung pada keadaan kesehatan pasien.


4. Obat penghalang karbonik anhidrase

Obat tetes mata yang lain diberi untuk menangani tanda-tanda glaukoma ialah kelompok penghalang karbonik anhidrase. Obat ini akan kurangi produksi cairan dan kurangi penekanan pada bola mata Anda.


Tipe beberapa obat yang masuk ke kelompok penghalang karbonik anhidrase ialah dorzolamide dan brinzolamide. Beberapa efek yang kemungkinan muncul sesudah penggunaan obat tetes ini ialah ada rasa logam di mulut, buang air kecil seringkali, dan rasa geli di jemari kaki dan tangan.


Untuk kasus tertentu, dokter kemungkinan akan memberi resep obat oral atau minum. Obat penghalang karbonik anhidrase yang berupa oral salah satunya ialah acetazolamide dan methazolamide.


Dokter umumnya akan menyarankan pasien memakai obat ini sekitar 2x satu hari. Tetapi, kadang jumlah obat akan dipertingkat jadi 3x satu hari, bergantung pada perubahan penyakit glaukoma tersebut.


5. Beberapa obat gabungan

Terkadang, dokter akan memberi resep gabungan dari beberapa obat di atas . Maka, Anda bisa jadi memakai 2 tipe obat tetes mata yang lain dalam kurun waktu bertepatan. Efek yang muncul umumnya bergantung pada tipe obat apa yang telah ada dalam gabungan itu.


Contoh-contoh beberapa obat tetes mata yang dapat digabungkan untuk penyakit glaukoma ialah:


timolol dan dorzolamide

brimonidine dan timolol

brimonidine dan brinzolamide

6. Obat kolinergik

Obat kolinergik atau miotik akan menolong tingkatkan pembuangan cairan dari bola mata Anda. Salah satunya contoh obat tetes mata kolinergik ialah pilocarpine.


Efek yang biasa disampaikan dari obat ini ialah sakit di kepala, sakit mata, pupil menjadi kecil, pandangan kabur, dan rabun jauh.


Tetapi, sekarang obat kolinergik telah jarang diresepkan untuk penyembuhan penyakit glaukoma. Ini disebabkan karena tingginya kekuatan efek yang diakibatkan, dan pasien harus memakai obat ini sekitar 4 kali satu hari.


Selainnya memakai obat tetes, Anda tentu saja masih perlu jalani pengecekan mata dengan teratur. Anda bisa juga coba bermacam langkah alami menangani glaukoma yang simpel, seperti mengontrol pola makan yang bergizi.


Jika dokter berasa beberapa obat tetes mata tidak efisien menangani penyakit ini, dokter kemungkinan merekomendasikan perlakuan klinis yang lain, seperti laser atau operasi glaukoma.


Ingat, beberapa obat yang sudah disebut sebelumnya tidak dapat Anda membeli sendiri tanpa referensi atau resep dari dokter. Selalu pakai beberapa obat sesuai ketentuan yang diberi oleh dokter, agar hasil yang diberi dari obat bisa bekerja dengan optimal.


Post a Comment

0 Comments